Laman

Saturday, 3 December 2011

Menjaga Gula Darah (Glikogen) agar Tetap Normal


Kadar gula harus dijaga dalam posisi normal agar tubuh tetap sehat. Bagaimana menjaga agar gula darah tidak tinggi atau rendah?
Gula darah dalam istilah medis dikenal sebagai glukosa. Gula di dalam darah ini diperlukan karena menjadi sumber energi bagi sel-sel tubuh.

Seperti dilansir buzzle, Minggu (4/7/2010) rata-rata tingkat glukosa darah normal pada manusia adalah 70 mg/dl hingga 120 mg/dl dan biasanya akan meningkat setelah makan. Gula darah masih termasuk normal jika setelah makan angkanya masih di bawah 220 mg/dl.
Jika gula darah di bawah 60 mg/dl akan terjadi hipoglikemia atau kadar gula yang rendah.

Sebaliknya jika sudah melebihi 225 mg/dl maka akan terjadi hiperglikemia atau gula darah tinggi.

Gula darah yang kelewat rendah bisa bisa menyebabkan orang koma (hilang kesadaran). Tanda-tanda gula darah rendah adalah lelah, fungsi mental yang menurun, perasaan gemetar, berkeringat, perih pada mulut, pusing, perasaan linglung dan jantung berdetak keras hingga kehilangan kesadaran.
Penyebab gula darah rendah biasanya kurang mengonsumsi makanan yang manis, asupan karbohidrat yang kurang, melakukan aktivitas yang berlebihan dan mengonsumsi alkohol tanpa adanya makanan yang masuk ke tubuh.
 

Orang yang mengalami hipoglikemia, sebaiknya segera diberikan sesuatu yang manis agar kadar gula darah dalam tubuhnya cepat meningkat. Karena jika tidak bisa mengganggu tingkat kesadaran seseorang dan akibat yang paling buruknya adalah bisa menyebabkan kerusakan otak.

Agar gula darah tidak rendah:
1. Makanlah tepat waktu dengan gizi yang seimbang
2. Disela-sela jam makan harian selingi dengan makanan kecil tiap 2-3 jam bisa berupa buah atau makanan rendah lemak
3. Jangan merokok
4. Jauhi kafein dan alkohol
Sedangkan gula darah tinggi bisa menyebabkan stroke, serangan jantung dan diabetes. Tapi orang dengan diabetes juga bisa terkena gula darah rendah setelah jika kelebihan menggunakan obatnya.Nah, gula darah yang tinggi lebih banyak menjadi masalah karena komplikasinya dan penanganannya yang tidak mudah. 
Untuk menurunkan kadar gula darah tinggi sebaiknya:
1. Hindari stres
2. Tubuh yang stres akan menyulitkan orang untuk mengontrol gula darahnya, sebaliknya jika kondisi tenang orang akan lebih rileks untuk mencari menurunkan kadar gula darahnya.
3. Latihan atau olahraga selama 20-30 menit setiap hari seperti jalan kaki terbukti membantu menurunkan kadar gula darah
4. Hindari makanan seperti roti putih, pasta atau nasi karena karbohidratnya begitu tinggi yang memicu kenaikan gula darah.
5. Menambahkan kayu manis pada makanan karena membuat tubuh lebih sensitif terjadap insulin. Jika sensitivitas tubuh baik terhadap insulin maka tubuh akan lebih sedikit menggunakan insulin.
6. Sediakan lemon atau jeruk limau karena memiliki kemampuan mengurangi indeks glisemik terhadap beberapa makanan.
7. Ganti karbohidrat dengan makanan tinggi serat dan protein contohnya seperti sayuran mentah, buah-buahan kecuali pisang, gandum, biji-bijian.
8. Minum teh hijau secangkir setiap hari.
9. Makan 2-3 jam sekali bisa berupa buah atau jus tanpa gula membantu menjaga kestabilan gula darah dan mencegah makan terlalu banyak.

Menurunkan gula darah bukan hal yang mustahil meskipun dibutuhkan waktu.
Makin berat di usia 50 meningkatkan resiko diabetes anda
( jaga berat badan jangan sampai perut anda lebih maju daripada dada anda)
Mengalami pertambahan berat badan saat berusia di atas 50, khususnya di sekitar pinggang, menurut temuan peneliti, secara signifikan meningkatkan risiko diabetes tipe 2.
Dibandingkan orang-orang dengan berat badan stabil setelah usia 50, orang yang mengalami pertambahan berat badan paling banyak setelah usia 50 (lebih dari 10 kilogram) berisiko hampir tiga kali lipat lebih besar mengalami diabetes tipe 2.

“Orang-orang berusia di atas 65 berisiko paling tinggi mengalami diabetes tipe 2. Mereka juga memiliki angka gangguan kesehatan dan kematian terkait penyakit jantung paling tinggi. Penyakit jantung terkait dengan diabetes,” terang penulis studi Mary Biggs dari University of Washington, seperti dikutip situs healthday.com, Selasa (22/6).Temuan ini, lanjut Biggs, menunjukkan adanya hubungan kuat antara pertambahan berat badan dan lingkar pinggang dengan risiko diabetestipe 2. “Sangat penting untuk mempertahankan berat badan optimal saat kita bertambah tua.”

Dalam studi yang dipublikasikan di Journal of the American Medical Association ini, peneliti menggunakan data dari Cardiovascular Health Study, yang dilakukan dari 1989 hingga 2007. Para peneliti meninjau kembali informasi dari hampir 4.200 orang berusia di atas 65.
Di awal studi, tidak seorang pun partisipan yang terdiagnosis dengan diabetes. Peneliti mengumpulkan data statistik mengenai indeks massa tubuh (IMT), lingkar pinggang, perbandingan pinggang dengan pinggul, serta data lainnya awal studi dan selama 12 tahun ke depannya.

Peneliti menemukan, partisipan dengan ukuran dasar tertinggi berisiko 4,3 kali lebih besar mengalami diabetes dibandingkan partisipan dengan ukuran terendah.
Selain itu, ukuran tertentu juga menunjukkan risiko diabetes yang lebih besar. Sebagai contoh, laki-laki berusia lebih dari 65 dengan IMT di atas 28,7 (25 hingga 29,9 termasuk kelebihan berat badan, dan di atas 29,9 termasuk obesitas) berisiko 5,6 kali lebih tinggi mengalami diabetes dibandingkan partisipan dengan IMT di bawah 23,3. Pada perempuan, risiko 3,7 kali lebih tinggi.


“Lemak visceral lebih terkait dengan resistensi insulin, dan perempuan cenderung memiliki lebih sedikit lemak visceral,” terang Biggs.
Selain itu, lingkar pinggung juga sangat berkaitan denganh risiko diabetes tipe 2. Pada lelaki, mereka yang memiliki lingkar pinggang di atas 104,6 sentimeter berisiko 5,1 kali lebih tinggi mengalami diabetes dibandingkan teman mereka yang lebih langsing (lingkar pinggang kurang dari 89,1 sentimeter). Pada perempuan, peningkatan risiko 3,6 kali lebih tinggi untuk mereka dengan lingkar pinggang 101,1 sentimeter dibandingkan perempuan dengan lingkar pinggang 78,6 sentimeter.

Di samping itu, perubahan berat badan selama usia pertengahan juga memiliki dampak signifikan terhadap risiko diabetes. Pada orang-orang dengan berat badan normal (usia 50), penambahan berat sebanyak 6,5 hingga 10 kilogram mengalami peningkatan risiko diabetes sebanyak 1,3 kali di usia 65. Jika penambahan berat lebih dari 10 kilogram, risiko meningkat sebanyak 3,2 kali lipat.

Efek ini bahkan lebih signifikan pada orang-orang yang kelebihan berat badan atau obesitas di usia 50 dan mengalami pertambahan berat badan. Semakin besar pertambahan berat badan, menurut peneliti, semakin besar pula risiko diabetes.
Keep healthy !

(diambil dari MediaIndonesia.com)

telah dibaca

No comments:

Post a Comment